Sekolah: Antara Pendidikan – Sekolah, sebuah lembaga yang seharusnya menjadi tempat berkembangnya pemikiran kritis dan pengembangan diri, malah seringkali menjadi alat pembodohan massal. Coba kita tengok sistem pendidikan yang ada di negara ini. Semua berputar di sekitar nilai ujian, rutinitas yang monoton, dan pola pikir yang terkungkung. Seolah-olah tujuan utama pendidikan hanya untuk mendapatkan angka-angka di rapor, bukan untuk membuka cakrawala pikiran dan mengasah kreativitas.
Sistem yang Membelenggu Kreativitas
Sekolah di Indonesia masih terjebak dalam sistem yang kaku dan terstruktur. Apa yang terjadi ketika seorang anak harus mengikuti serangkaian ujian, menuntut mereka untuk menghafal segalanya tanpa benar-benar memahami apa yang mereka pelajari? Bukan hanya itu, ujian dan nilai menjadi ukuran utama keberhasilan, padahal pendidikan tidak seharusnya hanya di nilai dari angka-angka semata. Banyak siswa yang lebih terampil dalam menghafal daripada dalam berpikir kritis, dan itu adalah produk dari sistem yang menekankan pada hasil, bukan proses.
Kurikulum yang Terlalu Kaku
Di banyak sekolah, kurikulum yang ada terasa seperti sebuah daftar tugas yang harus di selesaikan tanpa memperhatikan minat dan bakat individu. Setiap anak di paksa mengikuti jalur yang sama, meski dengan kemampuan dan minat yang sangat berbeda. Anak yang memiliki minat dalam seni, misalnya, harus tunduk pada mata pelajaran matematika yang membosankan tanpa ada ruang untuk mengembangkan kreativitasnya. Akibatnya, potensi mereka yang sebenarnya terpendam, terjebak dalam belenggu materi yang tidak relevan.
Gengsi Nilai Lebih Tinggi Daripada Pembelajaran
Salah satu masalah besar dalam sistem pendidikan kita adalah budaya yang mengutamakan nilai tinggi di atas pemahaman yang mendalam. Jika seorang siswa bisa mendapatkan nilai 10 meskipun tidak mengerti apa yang sedang di pelajari, mereka di anggap berhasil. Padahal, sejatinya pendidikan seharusnya adalah tentang memahami dunia dengan cara yang lebih slot mahjong wins, bukan sekadar mengejar angka. Budaya ini menciptakan siswa yang lebih peduli pada prestasi sementara mengabaikan kualitas pembelajaran itu sendiri.
Pendidikan yang Mengarah pada “Bekerja” Bukan “Berpikir”
Sekolah sering kali di anggap sebagai tempat untuk melatih siswa agar siap bekerja di dunia yang serba instan ini. Padahal, dunia yang terus berubah ini membutuhkan lebih dari sekadar keterampilan teknis. Dunia membutuhkan individu yang bisa berpikir dengan cara yang berbeda, menemukan solusi baru, dan berpikir kritis. Sayangnya, banyak sekolah yang justru menekankan pentingnya menjadi pekerja yang taat pada aturan, bukan individu yang mampu mengubah aturan itu sendiri. Ini adalah bentuk pendidikan yang gagal menyiapkan generasi penerus untuk menghadapi tantangan masa depan yang jauh lebih kompleks.
Pendidikan yang Terlalu Fokus pada Formalitas
Seringkali kita melihat bahwa sekolah lebih menekankan pada formalitas: memakai seragam rapi, menghormati guru tanpa terkecuali, dan mengikuti aturan yang kadang tidak relevan dengan kenyataan di lapangan. Formalitas ini membuat siswa tidak bisa berpikir bebas, berinovasi, atau bertanya tentang sesuatu yang tidak mereka mengerti. Padahal, sistem pendidikan seharusnya mengutamakan rasa ingin tahu dan kebebasan untuk mengekspresikan pendapat, bukan hanya sekadar patuh pada aturan yang mengikat.